Media Dakwah, Pendidikan, Teknologi dan kesehatan

cari artikel anda disini

Tuesday, April 17, 2018

ARTI SIFAT RAJA’ (CITA-CITA) SERTA CARA MEMBIASAKAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI




Sahabat Binsani, manusia hidup tentunya memiliki Impian/Goal. Nah, untuk mencapai tujuan yang kita inginkan kadang-kadang tidak berjalan mulus seperti apa yang direncanakan. dalam artikel ini penulis sengaja mengurai apa yang dimaksud dengan raja’ serta bagaimaiman membiasakan diri bersikap raja’ yang insya Allah diridhai olehnya.
1.      Pengertian Raja’.
 Raja’ adalah salah satu sifat terpuji. Secara bahasa raja’ berarti harapan/ cita-cita. sedangkan secara istilah raja’ dapat diartikan bergantungnya hati dalam meraih cita-cita dikemudian hari. Atau dapat diartikan juga sebagai keinginan seorang insan untuk mendapatkan sesuatu baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Perilaku raja’ tidak bermanfaat tanpa disertai dengan amal saleh. sebuah cita-cita tidak dapat disebut raja’ jika hanya berupa khayalan atau tidak adanya perbuatan. Oleh karena itu, seseorang tidak dikatakan berharap tanpa adanya usaha. Perhatikan firman Allah berikut ini.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ [٢:٢١٨]
Artinya :Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Al baqarah 2 : 218)

Dalam ayat lain juga dijelaskan
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا [١٨:١١٠]
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
(Al kahfi : 110)
Dari Ayat di atas sudah jelas bahwa raja’ kepada Allah harus disertai dengan amal dan perbuatan. Raja’ tercapai dengan beberapa hal diantaranya ....
a.       Senantiasa menyaksikan karunia, Kenikmatan, dan Kebajikan-Nya terhadap Hamba.
b.      Jujur dalam mengharap apa yang ada disisi Allah dari pahala dan kenikmatan.
c.       Membentengi diri dengan amal saleh dan bergegas dalam kebaikan.

Menurut Ibnu Taimiyah yang telah dikutip dalam bukunya Khusni Toyar “raja’ merupakan salah satu penggerak hati kepada Allah”. selain mahabbah (cinta) dan khauf (takut).
2.      Pembiasaan perilaku raja’
Raja’ disertai dengan kerendahan diri dan ketundukan selalu tertuju kepda Allah tanpa kecuali. Karena, apabila raja’ ditujukan kepada selain Allah swt merupakan suatu perbuatan syirik. Hati yang suci dan bersih membawa pengaruh positif pada sikap lahiriyah seoarang muslim. Kegelisahan dan stress merupakan sikap yang berawal dari hati dan jiwa. Lepasnya kendali dalam diri manusia disebabkan lepasnya perilaku raja’ dari diri seseorang. Jika harapan yang tinggi tidak tercapai, keputusan yang akan tinggal di dalam jiwa. Inilah akibat lepasnya perilaku raja’ dari dala diri seseorang.
Manusia diperintahkan untuk menumbuhkan sikap raja’ dalam dirinya. Harapan harus senantiasa dikobarkan dalam hati. Harapan itu juga terbuka bagi mereka yang melanggar hak Allah. perhatikan firman Allah dalam surah Az Zumar berikut ini :
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ [٣٩:٥٣]
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Az Zumar:53)
 Manusia harus senantiasa bersikap optimis dalam menjalani hidup. Allah swt mengaruniai rahmat kepada manusia tanpa membedakan warna kulit, jenis rambut, dan perbedaan lainya dengan catatan mereka mau berusaha dan bertawakal.
Seseorang yang beriman kepada Allah akanmemmiliki sifat optimis. Sikap optimis ini menjadi pembeda antara orang beriman dengan orang kafir. Orang kafir mudah berputus asa jika mengalami kegagalan. Mereka hanyut dalam keputusan karena menganggap pintu keberhasilan telah tertutup. Allah Swt melarang hamba-Nya berputus asa

يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِن رَّوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِن رَّوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ [١٢:٨٧]

Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
(QS. Yusuf : 87)

Allah swt mengetahui dengan pasti batas kemampuan ciptaan-Nya. Dia tidak akan  menimpakan musibah atau cobaan melewati batas kemampuan makhluk-Nya. Oleh karena itu, ketika kegagalan atau musibah menimpa, yakinlah bahwa kita masih mapu menerimanya. Jika tidak mampu maka Allah tidak akan menimpakan cobaan tersebut kepada kita.
Allah swt Maha pengasih dan penyayang. tidak ada satupun harapan yang dipanjatkan seorang hamba yang ditolak. hanya kita tidak mengetahui kapan harapan tersebut dikabulkan. Melalui keluasan rezeki dan anugerah yang dikaruniakan-Nya inilah seharusnya perilaku raja’ tertanam kuat dalam diri seseorang sebagai pendorong meraih cita-cita di dunia dan akhirat.

Sampai Jumpa.......
sumber :
Software Islam kaffah “ Alqur’an Digital
Thoyar, Husni: 2011, “ Pendidikan Agama Islam Untuk SMA kelas XI” , Jakarta :Pusat Kurikulum dan Perbukuan kementrian pendidikan Nasional; hal 61-66


No comments: