Sifat Allah sebagaimana
namanya sering disebutkan dalam al-qur’an. manusia tidak mampu mengetahui
hakikat sifat-sifat Allah. Sifat-sifat Allah dibedakan menjadi tiga yaitu wajib
jaiz, dan mustahil. adapun penjelasan dari tiga macam golongan sifat tersebut
di atas adalah sebagai berikut :
A. Sifat wajib bagi Allah
1. Wujud
(Ada)
Sifat wujud
adalah sifat Allah yang artinya ada. Allah SWT pasti adanya, tidak ada Tuhan
selain Dia. Sebagaimana Allah berfirman:
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا
فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
Artinya: “Sesungguhnya
Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan
dirikanlah shalat untuk mengingat Aku“. (QS. Thaha: 14)
2. Qidam
(Terdahulu)
Allah itu ada
sejak semua makhluk belum ada. Allah adalah sumber adanya makhluk, Ia yang
menciptakan sehingga Pencipta itu pasti lebih awal atau lebih dahulu sebelum
adanya sesuatu yang diciptakan. Sebagaimana dalam firman-Nya:
هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ ۖ وَهُوَ
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya: “Dialah Yang
Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (QS. Al-Hadid: 3)
3.
Baqa’ (Kekal)
Allah itu
Kekal yang tiada akhir dan ujungnya. Allah mustahil punah, Dia akan tetap ada
selamanya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ ۘ لَا إِلَٰهَ
إِلَّا هُوَ ۚ
كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ ۚ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ
تُرْجَعُونَ
Artinya:
Janganlah kamu sembah
di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.
Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
(QS. Al-Qasas: 88)
4. Mukholafatul
Lilhawaditsi (Berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya)
Allah tidak
serupa dengan makhluk ciptaan-Nya. Itulah keistimewaan dan keagungan Sang
Pencipta. Sebagaimana telah Allah jelaskan dalam firman-Nya:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ
السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia dan Dialah
yang Maha Mendengar dan Melihat“. (QS. Asy-Syura: 11)
5.
Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri sendiri)
Allah itu
berdiri sendiri, melakukan dan menciptakan apapun tanpa bantuan makhluk-Nya.
Allah berdiri sendiri, Allah menciptakan langit dan bumi, surga dan neraka,
manusia, hewan, gunung-gunung dan lain sebagainya dengan kekuasaan-Nya sendiri.
Dalam al-Qur’an Allah berfirman:
وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي
لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُن لَّهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُن
لَّهُ وَلِيٌّ مِّنَ الذُّلِّ ۖ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا
Artinya: “Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah Yang tidak
mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula
hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang
sebesar-besarnya“. (QS. Al-Isra: 111)
6.
Wahdaniyah (Esa/Tunggal)
Allah bersifat Esa, hanya satu, tidak ada Tuhan
kecuali Allah. Sebagaimana telah ditegaskan dalam firman-Nya:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Artinya: “Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa“. (QS.
Al-Ikhlas: 1)
7.
Qodrat (Berkuasa)
Sifat qudrat
adalah sifat Allah yang artinya Allah itu Berkuasa atas segala sesuatu.
Kekuasaan Allah tentu sangat berbeda dengan kekuasaan yang dimiliki
makhluk-Nya. Kekuasaan Allah tidak akan terbatas.
يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ
أَبْصَارَهُمْ ۖ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُم مَّشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ
بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
[٢:٢٠]
Artinya: Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu
menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa
mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan
pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala
sesuatu. (QS. Al-Baqarah: 20)
8. Iradat
(Berkehendak)
Allah
Berkehendak atas segala sesuatu. Jika Allah SWT sudah berkehendak pada
makhluk-Nya, maka tidak ada yang bisa menolak atau memungkirinya. Tidak ada
yang mustahil bagi Allah. Allah bisa melakukan apapun pada ciptaan-Nya. Allah
berfirman:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَن يَقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ
Artinya: “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki
sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia“. (QS.
Yasiin: 82)
9.
‘Ilmun (Mengetahui)
Allah
Mengetahui atas segala sesuatu, meskipun tidak terlihat atau disembunyikan oleh
makhluknya, Allah tetap Mengetahui. Tidak ada sesuatu pun yang bisa luput dari
pengelihatan-Nya. Sebagaimana Allah berfirman:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ
وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ
حَبْلِ الْوَرِيدِ [٥٠:١٦]
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan
mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya
daripada urat lehernya“. (QS. Qaf: 16)
10.
Hayat (Hidup)
Allah
tidak akan pernah mati, karena Allah bersifat Hayat yakni Allah hidup
selamanya, tidak akan pernah musnah ataupun mati. Dalam al-Qur’an Allah
berfirman:
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي
لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ ۚ وَكَفَىٰ بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا
Artinya:
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan
bertasbihlah dengan memuji-Nya“. (QS. Al-Furqon: 58)
11.
Sama’ (Mendengar)
Allah
bersifat Mendengar, pendengaran Allah tidak akan terbatas. Apapun yang
dibicarakan baik dari hati maupun lisan, Allah tetap mampu mendengar.
Sebagaimana firman-Nya:
قُلْ أَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا
نَفْعًا ۚ وَاللَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ [٥:٧٦]
Artinya:
Katakanlah: "Mengapa kamu
menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat
kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?" Dan Allah-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Maidah : 76)
12.
Bashar (Melihat)
Allah
Melihat terhadap sesuatu yang terjadi meskipun segala sesuatu itu dilakukan
secara sembunyi-sembunyi, tetap Allah dapat Melihatnya.
إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya:
Sesungguhnya Allah mengetahui apa
yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS.
Al-Hujarat: 18)
13. Kalam
(Berfirman)
Allah
bersifat kalam artinya Allah itu Berbicara, Berkata-kata atau Berfirman.
Mustahil kalau Allah itu bisu. Al-Qur’an merupakan kalamullah, firman Allah
yang menjadi acuan dan pedoman hidup bagi manusia yang diturunkan kepada
Nabiyullah Muhamad SAW.
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَىٰ لِمِيقَاتِنَا
وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَن تَرَانِي وَلَٰكِنِ انظُرْ
إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُ
لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا ۚ فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ
تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ
Artinya: Dan tatkala Musa datang untuk
(munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah
berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku
agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu
sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia
tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku".
Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu
hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia
berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang
pertama-tama beriman". (QS. Al-A’raf: 143)
14. Qadiran
Dalilnya
sama dengan Qudrat (berkuasa). Allah terbukti Maha Berkuasa atas segala
ciptaan-Nya.
15.
Muridan
Allah
itu Maha Berkehendak. Allah terbukti Maha Berkehendak atas ciptaan-Nya.
Dalilnya sama dengan sifat Iradat.
16.
‘Aliman
Allah
Maha Mengetahui. Mustahil Allah itu bodoh. Dalilnya sama dengan sifat ‘Ilmun.
17.
Hayyan
Allah
Maha Hidup, mustahil jika Allah itu mati atau punah. Dalilnya sama dengan sifat
Hayat.
18.
Sami’an
Allah
itu Maha Mendengar. Dalilnya sama dengan sifat Sama’.
19.
Bashiran
Allah
Maha Melihat atas apa yang terjadi dengan ciptaan-Nya. Dalilnya sama dengan
sifat Bashar.
20.
Mutakalliman
Allah Maha Berkata-kata atau Berfirman. Dalilnya
sama dengan sifat Kalam.
Dari
semua sifat wajib bagi Allah yang harus kita ketahui itu menandakan bahwa hanya
Allah-lah yang memiliki kesempurnaan. Tidak ada yang memiliki kesempurnaan
selain Allah. Untuk itu, kita sebagai hamba-Nya harus sadar diri, perbanyak
istighfar atas segala kesombongan yang tidak pantas kita lakukan, dan banyak
berdzikir untuk mengingat akan kebesaran-Nya.
B.
Sifat Mustahil bagi Allah
Setelah
kita mempelajari sifat wajib bagi Allah, maka sekarang giliran mempelajari
sifat mustahil bagi Allah. Sifat mustahil ini adalah kebalikan dari sifat
wajib. Maksudnya sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah Azza wa jalla
yang Maha Sempurna.
1.
Adam artinya Tiada
Sifat mustahil
yang pertama adalah Adam yang berarti tiada. Sifat ini kebalikan dari wujud
yang artinya ada.
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى
الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ
الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy . Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk
kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.
Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.”(QS.Al-Araf : 54)
اللَّهُ
الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ۖ
ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۖ وَسَخَّرَ
الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۖ كُلٌّ يَجْرِي
لِأَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ
يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُم بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
“Allah-lah Yang meninggikan langit
tanpa tiang yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan
menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang
ditentukan. Allah mengatur urusan, menjelaskan tanda-tanda , supaya kamu
meyakini pertemuan dengan Tuhanmu.” (QS. Ar-Ra’d : 2)
2.
Huduts artinya
Ada yang mendahului
Hudust berarti
ada yang mendahului, merupakan lawan kata dari qidam. Tidak mungkin ada yang
mendahului keberadaan Allah SWT Dialah yang menciptakan alam semesta beserta
isinya. Tentunya Pencipta sudah pasti lebih dahulu dari apa-apa yang diciptakanNya.
هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۚ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ
وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا ۖ وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
artinya : “Dialah yang menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia mengetahui apa
yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun
dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja
kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS.Al-Hadid: 3)
3.
Mumatsalatu
lil hawaditsi yang berarti Ada yang menyamai
Allah Ta’ala
adalah dzat yang menciptakan segala sesuatu di bumi dan alam semesta. Dialah
yang Maha Agung. Tidak mungkin ada sesuatu yang menyamai atau menandingiNya.
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ
وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada sesuatupun yang serupa
dengan Dia dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.”. (QS. Asy-Syura: 11)
4.
Ihtiyaju
lighairihi yang berarti Memerlukan yang lain
Allah Ta’ala
tidak memerlukan yang lain. Dia mampu mewujudkan dan mengatur segalanya secara
sempurna tanpa bergantung pada siapapun. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran:
وَمَن جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ
الْعَالَمِينَ
“Dan
barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya
sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
alam semesta.” (QS. Al-Ankabut: 6)
5.
Ta’adud yang
berarti Berbilang
Ta’adud adalah
kebalikan dari wahdaniyah yang berarti tunggal. Allah itu Maha Esa. Tidak
mungkin berbilang atau berjumlah lebih dari satu. Allah Ta’ala tidak memiliki
sekutu, tidak beranak dan tidak diperanakan. Bukti keesaan Allah tertuang dalam
kalimat syahadat dan juga ayat Al-Quran yang artinya:
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ.وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ
“Dia tiada
beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan
Dia.’” (QS. Al-Ikhlas: 3-4)
لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا ۚ فَسُبْحَانَ
اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ
“Sekiranya ada
di langit dan di bumi Tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah
rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang
mereka sifatkan.” (QS. Al-Anbiya: 22)
وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَٰنُ
الرَّحِيمُ
“Dan Tuhanmu
adalah Tuhan Yang Maha Esa; Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia. Yang Maha Pemuurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 163)
6.
Ajzun yang
berarti Lemah
Ajzun berarti
lemah, merupakan lawan kata dari dari qudrat yang artinya berkuasa. Jadi Allah
tidak mungkin bersifat lemah. Sebaliknya Allah Azza wa Jalla Maha Kuasa atas
segala sesuatu. Tidak ada yang bisa melampui kekuasaan Allah Ta’ala.
يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ ۖ كُلَّمَا أَضَاءَ
لَهُم مَّشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ
بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ ۚ
إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Hampir-hampir
kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka,
mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka
berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan
penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.”
(QS.Al
Baqarah: 20)
7.
Karahah yang
berarti Terpaksa
Allah tidak
memiliki sifat terpaksa. Sebaliknya Allah Maha Berkehendak atas segala sesuatu.
Tidak ada yang bisa melawan ataupun menandingi kehendak dari Allah Ta’ala.
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَن يَقُولَ لَهُ
كُن فَيَكُونُ
“Sesungguhnya
keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:
“Jadilah!” maka terjadilah ia.”
(QS. Yasiin:
82)
8.
Jahlun yang
berarti Bodoh
Mustahil bagi
Allah Ta’ala bersifat bodoh. Dia menciptakan alam semesta dengan segala isinya
begitu sempurna. Dia tidak membutuhkan bantuan siapapun. Dan dialah yang Maha
Kaya lagi Maha Mengetahui.
9.
Mautun yang
berarti Mati
Allah tidak
akan mati. Dia bersifat kekal. Terus-menerus mengurus makhluknya Tanpa tidur
dan tidak letih sedikitpun. Dijelaskan dalam Al-Quran:
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ
بِحَمْدِهِ ۚ
وَكَفَىٰ بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا
“Dan
bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan
bertasbihlah dengan memuji-Nya.” (QS. Al-Furqon: 58)
10.
Shamamun yang
berarti Tuli
Mustahil Allah
bersifat Tuli. Allah Ta’ala adalah Tuhan yang Maha Mendengar. Pendengaran Allah
meliputi segala sesuatu.
فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ
وَجَاهِدْهُم بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا
“Katakanlah
cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia mengetahui apa yang di
langit dan di bumi.” (Al-Ankabut : 52).
11.
Ama yang
berarti Buta
Allah Ta’ala
juga tidak buta. Dia Maha Melihat Segala Sesuatu. Tak ada satu hal pun yang
luput dari pengelihatanNya.
وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Dan Allah
Maha Melihat atas apa yang kamu kerjakan.”
(QS.
Al-Hujarat: 18)
12.
Bakamun yang
berartiBisu
Allah Ta’ala
tidaklah Bisu. Allah berkata dan berfirman dengan sangat sempurna. Tak ada bisa
mengalahkan keindahan firman Allah Ta’ala. Dan salah satu Nabi yang pernah
berbicara langsung dengan Allah adalah Nabi Musa.
13.
Kaunuhu
‘ajiyan yang berarti Zat yang lemah
Mustahil Allah
bersifat lemah. Allah Ta’ala adalah pencipta alam semesta dan segala isisnya.
Dia Maha Kuasa atas semua hal.
وَدَّ
كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا
حَسَدًا مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۖ فَاعْفُوا
وَاصْفَحُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ
“Sebahagian
besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada
kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka
sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma’afkanlah dan biarkanlah
mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.”
(QS. Al Baqarah 109)
14.
Kaunuhu
karihan yang berarti Zat yang terpaksa
Allah Ta’ala
bukanlah dzat yang terpaksa. Dia Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Hanya
berfirman “kun fa yakun” maka jadilah apa yang dikehendaki oleh Nya.
“Mereka
kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki
(yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia
kehendaki.”
(QS.Hud:
107)
15.
Kaunuhu
jahilan yang berarti Zat yang sangat bodoh
Mustahil Allah
adalah dzat yang bodoh. Allah Maha Mengetahui dan Melihat apa-apa yang
ditampakkan atau disembunyikan.
16.
Mayyitan yang
berarti Zat yang mati
Allah tidak
mati. Allah bersifat kekal, tidak musnah dan tidak binasa. Dia tidak pernah
tidur. Selalu mengawasi hamba-hambaNya setiap saat.
17.
Kaunuhu
ashamma yang berarti Zat yang tuli
Mustahil Allah
bersifat tuli. Allah adalah Tuhan yang Maha Mendengar. Pendengaran Allah tak
terbatas dan meliputi segala sesuatu.
18.
Kaunuhu ‘ama yang
berarti Zat yang buta
Allah Maha
Melihat, tidaklah buta. Dia Maha Sempurna dengan seluruh keagunganNya.
19.
Kaunuhu abkama
yang berarti Zat yang bisu
Allah bukanlah
dzat yang bisu. Allh berfirman dan firmanNya tertuang dalam kitab-kitab suci
yang diturunkan lewat para nabi.
C.
Sifat Jaiz Bagi Allah
Sifat
jaiz Allah SWT hanya satu, yaioti berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.
Maksudnya, tidak ada yang mengharuskan kepada Allah SWT untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu dan tidak ada yang memustahilkan jika Allah berbuat
sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.
Allah
SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah berikut:
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ ۗ مَا كَانَ لَهُمُ
الْخِيَرَةُ ۚ
سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih
apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia_ tidak ada pilihan. Mahasuci Allah
dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
(Al-Qasas Ayat 68)
Seperti
membuat dunia ini adalah jaiz bagi Allah SWT. Tidak ada sesuatu pun yang
mengharuskan atau atau memustahilkan Allah SWT untuk membuat dunia atau tidak
membuatnya. Semua berjalan menurut kehendak Allah SWT sendiri. Jadi semua
kejadian yang ada di dunia tergantung pada Allah SWT. Allah tidak terpengaruh
oleh siapa pun. Seperti halnya Allah SWT menjadikan seseorang laki-laki atau
perempuan, cantik atau jelek, berpangkat atau tidak, semuanya jaiz bagi Allah
SWT.
Contoh-Contoh
Sifat Jaiz bagi Allah SWT:
1. Allah boleh membuat dunia atau tidak
membuat dunia
2. Allah boleh menciptakan langit atau tidak
menciptakan langit
3. Allah boleh membuat bintang atau tidak
membuat bintang
4. Allah boleh membuat gunung atau tidak
membuat gunung
5. Allah boleh menciptakan angkasa atau tidak
menciptakan angkasa
Sumber
:
Departemen
Agama . 2015. “ Al-Qur’an dan Terjemahanya” Bogor : PT. Karya Azzahra Mandiri
Thoyar, Husni dkk.2011:” Pendidikan Agama Islam
Untuk SMA Kelas X”, Pusat Kurikulum dan perbukuan kementrian pendidikan
Nasional : Jakarta
http://www.catatanmoeslimah.com/2017/03/20-sifat-wajib-bagi-allah-berikut-arti-dan-penjelasannya.html diakses 13 Juni 2018 Pukul 16.47 WIB
https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/sifat-mustahil-bagi-allah-beserta-artinya
di akses pada 14 juni 2018 pukul 05.27 WIB
http://5ujana.blogspot.com/2011/11/sifat-jaiz-allah-swt.html
diakses 14 juni 2018 pukul 5.34 WIB
Follow melalui email anda agar selalu mendapat update artikel dari kami
No comments:
Post a Comment