Dajjal merupakan satu nama yang sangat akrab bagi umat Islam. Dajjal disebut dalam sejumlah literatur Islam, dan identik dengan narasi tentang akhir zaman.
Kemunculan Dajjal belum dapat dipastikan hingga saat ini. Sejumlah literatur pun hanya menyebut Dajjal akan muncul di akhir zaman.
Tatkala kemunculannya nanti, Dajjal menyebarkan fitnah hingga membuat manusia tersesat. Bahkan, umat manusia akan kesulitan membedakan mana yang benar dan patut menjadi pegangan dengan mana yang salah.
Dahsyatnya fitnah Dajjal hampir tidak bisa
ditangkal. Tetapi, Rasulullah mengajarkan sebuah doa kepada umat Islam untuk
berlindung dari fitnah Dajjal ini.
إِنَّهُ لَمْ
تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ مُنْذُ ذَرَأَ اللَّهُ ذُرِّيَّةَ آدَمَ أَعْظَمَ
مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ وَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَبْعَثْ نَبِيًّا إِلاَّ حَذَّرَ
أُمَّتَهُ الدَّجَّالَ
daya rusak fitnah Dajjal lebih membahayakan akhirat manusia. Dalam banyak
aktivitas Dajjal yang disebutkan dalam hadis, dia tidak membantai kaum
muslimin, tapi menyesatkan kaum muslimin agar menjadi pengikutnya. Berbeda
dengan kaum Yahudi atau Syiah, program besar mereka adalah membantai kaum
muslimin.
Ada beberapa hadis yang menunjukkan bahwa Dajjal lebih
bertujuan menyesatkan kaum muslimin, dan bukan membantai kaum muslimin…
[1] Dajjal muncul di tengah manusia, menyebarkan
pemikiran menyimpang kepada mereka.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah
bersabda,
إِنْ
يَخْرُجْ وَأَنَا فِيكُمْ فَأَنَا حَجِيجُهُ دُونَكُمْ ، وَإِنْ يَخْرُجْ مِنْ
بَعْدِي ، فَاللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى خَلِيفَتِي عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.
“Jika saat Dajjal muncul dan aku (Rosulullah
Shollallahu ‘alaihi wa Sallam) masih bersama kalian maka akulah yang akan
melindungi kalian darinya. Allah Ta’ala adalah pelindungku dan setiap muslim.” (HR. Ahmad 17629 & Muslim 2937)
[2] Dajjal melarang pengikutnya untuk membunuh siapapun
tanpa seizinnya
Dalam hadis dari Abu Said al-Khudri Radhiyallahu
‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerit tentang
Dajjal,
يَخْرُجُ
الدَّجَّالُ فَيَتَوَجَّهُ قِبَلَهُ رَجُلٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ، فَتَلْقَاهُ
الْمَسَالِحُ – مَسَالِحُ الدَّجَّالِ – فَيَقُولُونَ لَهُ: أَيْنَ تَعْمِدُ؟
فَيَقُولُ: أَعْمِدُ إِلَى هَذَا الَّذِي خَرَجَ، قَالَ: فَيَقُولُونَ لَهُ: أَوَ
مَا تُؤْمِنُ بِرَبِّنَا؟ فَيَقُولُ: مَا بِرَبِّنَا خَفَاءٌ، فَيَقُولُونَ:
اقْتُلُوهُ، فَيَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: أَلَيْسَ قَدْ نَهَاكُمْ رَبُّكُمْ
أَنْ تَقْتُلُوا أَحَدًا دُونَهُ، قَالَ: فَيَنْطَلِقُونَ بِهِ إِلَى الدَّجَّالِ
Dajjal keluar, lalu datanglah seorang mukmin untuk
menemui Dajjal. Namun dia tertangkap oleh para penjaga markas Dajjal.
“Kamu mau ke mana?” tanya mereka.
“Aku mau menemui makhluk yang sudah keluar itu
(Dajjal).” Jawab si Mukmin.
“Apakah kamu belum beriman kepada Rab kami?” tanya
penjaga.
“Rab kami tidaklah samar.” Jawab si Mukmin.
Tiba-tiba ada yang menyuruh, “Bunuh dia!”
Sebagian menghalangi, “Bukankah rab kita (Dajjal)
melarang kalian untuk membunuh siapapun tanpa seizinnya?”
Akhirnya mereka membawa orang itu menghadap Dajjal…. (HR. Muslim 2938).
Dalam lanjutan hadis terjadi dialog panjang antara
mukmin ini dengan Dajjal. Hingga akhirnya setelah Dajjal kalah debat, sang
Mukmin ini dimasukkan ke nerakanya Dajjal.
[3] Dajjal membiarkan kaum yang tidak mengimaninya
untuk tetap hidup, tapi mereka dibuat menderita kelaparan.
Dari An-Nawwas bin Sam’an Radhiyallahu ‘anhu,
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita,
فَيَأْتِي
عَلَى الْقَوْمِ فَيَدْعُوهُمْ، فَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَجِيبُونَ لَهُ،
فَيَأْمُرُ السَّمَاءَ فَتُمْطِرُ، وَالْأَرْضَ فَتُنْبِتُ، فَتَرُوحُ عَلَيْهِمْ
سَارِحَتُهُمْ، أَطْوَلَ مَا كَانَتْ ذُرًا، وَأَسْبَغَهُ ضُرُوعًا، وَأَمَدَّهُ
خَوَاصِرَ
Dajjal mendatangi suatu kaum lalu mengajak mereka, dan
merekapun beriman dan menerima ajakan Dajjal. Lalu dia perintahkan langit
hingga turunlah hujan, dan dia perintahkan bumi hingga tumbuh banyak tanaman.
Sehingga mereka menggiring pulang binatang ternak mereka dalam keadaan punuk
besar, penuh dengan susu dan kambingnya besar, serta perut mereka gemuk (karena
kenyang).
Lanjutan hadis,
ثُمَّ
يَأْتِي الْقَوْمَ، فَيَدْعُوهُمْ فَيَرُدُّونَ عَلَيْهِ قَوْلَهُ، فَيَنْصَرِفُ
عَنْهُمْ، فَيُصْبِحُونَ مُمْحِلِينَ لَيْسَ بِأَيْدِيهِمْ شَيْءٌ مِنْ
أَمْوَالِهِمْ، وَيَمُرُّ بِالْخَرِبَةِ، فَيَقُولُ لَهَا: أَخْرِجِي كُنُوزَكِ،
فَتَتْبَعُهُ كُنُوزُهَا كَيَعَاسِيبِ النَّحْلِ
Kemudian Dajjal mendatangi kaum yang lain, dia
mendakwahi mereka, namun mereka menolak ajakan Dajjal. Dajjal-pun meninggalkan
mereka dalam kondisi mereka serba kekurangan, tidak memiliki harta apapun.
Lalu dia melewati tempat reruntuhan dan memerintahkan
ke tanah itu, “Keluarkan semua simpanan hartamu.” Tiba-tiba harta simpanan di
tanah itu semua mengikuti Dajjal, seperti lebah jantan (mengikuti ratunya). (HR. Ahmad 17629, Muslim 7560, dan yang lainnya)
[4] Dajjal mengajak orang untuk mengakui dirinya
sebagai tuhan, dan Allah memberikan kemampuan bagi Dajjal berbagai macam
kesaktian, sehingga membuat orang mudah percaya.
Diantaranya,
a. Dajjal bisa memerintahkan awan untuk menurunkan
hujan dan bisa memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman.
b. Dajjal memiliki surga dan neraka.
c. Dajjal bisa mengeluarkan harta simpanan milik kaum
d. Punya kerja sama dengan setan
Dalam hadis dari Abu Umamah al-Bahili, Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Di antara fitnah Dajjal, dia menawarkan seorang Arab
badui, ‘Renungkan, sekiranya aku bisa membangkitkan ayah ibumu yang telah mati, apakah kamu
akan bersaksi bahwa aku adalah Rabbmu?’ Laki-laki arab tersebut menjawab, ‘Ya.’ Kemudian
muncullah 2 setan yang menjelma di hadapannya dalam bentuk ayah dan ibunya. Keduanya berpesan, ‘Wahai
anakku, ikutilah dia, sesungguhnya dia adalah Rabbmu.’” (HR. Ibnu Majah 4077, dan dishahihkan al-Albani dalam Shahih
Jaami’us Shogir).
Diriwayatkan dalam Shahihain, dari Ibnu Umar, ia
berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah
berdiri di hadapan manusia dengan memuji Allah yang berhak atas pujian
tersebut. kemudian beliau menyebutkan tentang Dajjal, beliau bersabda:
إِنِّي أُنْذِرُكُمُوهُ وَمَا مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا قَدْ أَنْذَرَهُ
قَوْمَهُ لَقَدْ أَنْذَرَهُ نُوحٌ قَوْمَهُ وَلَكِنْ سَأَقُولُ لَكُمْ فِيهِ
قَوْلًا لَمْ يَقُلْهُ نَبِيٌّ لِقَوْمِهِ تَعْلَمُونَ أَنَّهُ أَعْوَرُ وَأَنَّ
اللَّهَ لَيْسَ بِأَعْوَرَ
“Aku peringatkan kalian terhadapnya. Tidak ada
seorang nabi kecuali memperingatkan umatnya tentang Dajjal. Nuh telah
memperingatkan umatnya tentang Dajjal. Tetapi aku akan sampaikan kepada kalian
sesuatu yang tak pernah disampaikan oleh seorang Nabi (sebelumku) kepada kaumnya:
Sesungguhnya Dajjal itu buta sebelah matanya, dan sesungguhnya Allah tidak buta
sebelah matanya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memberitahukan
tentang sifat Dajjal, pola kerjanya, dan cara menyelamatkan diri darinya.
Sampai-sampai beliau mencontohkan dan memerintahkan agar berlindung dari
buruknya fitnah Dajjal di penghujung shalat.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu,
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Apabila
salah seorang kalian selesai membaca tasyahhud hendaknya ia berlindung kepada
Allah dari empat perkara. Beliau membaca:
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ , وَمِنْ
عَذَابِ اَلْقَبْرِ , وَمِنْ فِتْنَةِ اَلْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ , وَمِنْ شَرِّ
فِتْنَةِ اَلْمَسِيحِ اَلدَّجَّالِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu
dari adzab Jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan
dari keburukan fitnah Masih Dajjal.” (Muttafaq 'alaih)
Karenanya, pembicaraan Dajjal harus terus diaktualkan.
Diulang. Hadits-hadits tentangnya dibahas dan dibacakan. Khususnya di zaman
kita ini, fitnah agama merajalela, banyak penyimpangan, kebenaran dimusuhi,
sedangkan kesesatan dibela habis. Zaman sekarang sunnah dianggap bid’ah,
sedangkan bid’ah dijadikan aturan yang harus diikuti. [Baca: Lawami’ Al-Anwar
al-Bahiyyah, Al-Imam al-Safarini: 2/106-107]
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengabarkan
bahwa Dajjal termasuk jenis manusia, anak turun Adam. Sejumlah hadits
memberitakan tentang sifat dan ciri-cirinya sehingga saat Dajjal muncul,
orang-orang beriman mengenalinya dan tidak menjadi pengikutnya.
Diberitakan bahwa Dajjal adalah seorang laki-laki yang
berkulit merah, besar, gemuk, berambut keriting (krebo), mata kanannya buta
seperti anggur yang sudah masak (tidak bersinar), mata kirinya ditumbuhi daging
tebal, tertulis di jidadnya kata kafir yang bisa dibaca setiap muslim yang
pandai baca tulis atau buta huruf.
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga
mengabarkan bahwa Dajjal itu mandul sehingga tak punya keturunan. Dia akan
muncul dari negeri timur, Khurosan, yang diikuti 70 ribu Yahudi Asfahan yang
bersenjata dan mengenakan jubah tak berjahit.
Pertama kali muncul, Dajjal sebagai raja yang diktator
dan kejam. Setelah itu ia mengklaim sebagai Nabi. Setelahnya, mengklaim sebagai
tuhan. Pegikutnya dari kalangan juhhal (orang-orang bodoh) dan kalangan awam (rakyat
jelata). Sedangkan hamba-hamba shalih dan bertakwa menentangnya.
Fitnah Dajjal merupakan fitnah terbesar sepanjang umur
dunia. Fitnahnya sangat menipu, mempesona dan memukau. Dia datang dengan
membawa surga dan neraka; dimana surganya adalah neraka dan nerakanya adalah
surga. Ia juga datang bersama sungai yang penuh air dan gunung roti,
memerintahkan langit untuk menurunkan hujan lalu turunlah hujan, memerintahkan
bumi menumbuhkan tanaman lalu tumbuhlah tanaman, serta diikuti kekayaan bumi.
Dajjal menjelajahi bumi dan memasuki setiap negerinya
dengan kecepaan luar biasa dan dalam waktu yang singkat. Tidak ada satu negeri
kecuali di datanginya kecuali dua kota suci, Makkah dan Madinah. Dan masih
banyak lagi keajaiban dan kemampuan luar biasa lainnya. Semua itu menjadi ujian
dan cobaan dari Allah untuk umat manusia, agar hancur orang yang ragu dan
selamat orang yang yakin.
Cara Berlindung dari Dajjal
Dahsyatnya huru hara dan fitnah Dajjal di atas membuat
setiap mukmin khawatir terhadapnya, sehingga mencari jalan agar selamat dari
fitnah tersebut. Terlebih, umat akhir zaman seperti kita ini. Di mana
kemunculan Dajjal sudah semakin dekat dengan merebaknya fitnah kekufuran,
kesyirikan, dan fitnah dien yang menimpa kaum muslimin.
Di samping menyampaikan bahaya fitnah Dajjal, ciri-ciri
dan bentuk fitnahnya, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga
memberikan resep agar selamat dari fitnah Dajjal. Berikut ini beberapa cara
yang bisa kita tempuh supaya selamat dari fitnah Dajjal.
Pertama, berpegang teguh dengan Al-Qur'an dan Sunnah. Di antaranya
memahami nama-nama Allah yang Maha Indah berikut sifat-sifat-Nya yang Maha
tinggi yang tak bisa disamai seorang pun. Karena Dajjal dari jenis manusia, dia
makan dan minum. Sedangkan Allah, suci dari hal itu. Dajjal juga buta sebelah
matanya, sedangkan Allah tidaklah buta sebelah matanya. Tidak seorangpun bisa
melihat Allah di dunia, sedangkan Dajjal -saat keluarnya- bisa dilihat manusia
baik yang mukmin ataupun yang kafir.
Kedua, berlindung dari fitnah Dajjal, khususnya saat shalat. Imam
Muslim telah mengeluarkan di Shahihnya, dari hadits Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Apabila salah
seorang kalian selesai membaca tasyahhud hendaknya ia berlindung kepada Allah
dari empat perkara. Beliau membaca:
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ , وَمِنْ
عَذَابِ اَلْقَبْرِ , وَمِنْ فِتْنَةِ اَلْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ , وَمِنْ شَرِّ
فِتْنَةِ اَلْمَسِيحِ اَلدَّجَّالِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu
dari adzab Jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan
dari keburukan fitnah Masih Dajjal.” (Muttafaq 'alaih)
Ketiga, memahami hadits-hadits yang menjelaskan tentang ciri-ciri
Dajjal, waktu dan tempat keluarnya, fitnah-fitnahnya, tipu dayanya, dan cara
selamat darinya. Beberapa kitab juga telah panjang lebar mengupasnya, sseperti
Al-Nihayah milik Ibnu Katsir, Ithaf al-Jama’ah milik Syaikh al-Tuwaijiri, atau
Asyrath al-Sa-ah milik Syaikh al-Wabil, dan selainnya.
Keempat, menghafal beberapa ayat dari surat Al-Kahfi. Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam al-Kahfi sebagai penyelamat dari Dajjal. Sebagian
riwayat beberapa ayat penutupnya. Diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahihnya,
dari hadits Abu Darda’: Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
“Siapa yang hafal 10 ayat dari surat awal Al-Kahfi , maka ia akan diselamatkan
dari Dajjal.” Dalam riwayat lain, “Sepuluh ayat dari akhir Al-Kahfi,” (HR.
Muslim)
Imam Nawawi dalam Syarah Muslim (2/92-93) berkata:
sebab semua itu karena di awal-awalnya terdapat beberapa keajaiban dan
tanda-tanda kebesaran Allah. Maka siapa yang mentadabburinya tidak akan terkena
fitnah Dajjal. Begitu juga di akhirnya. Firman Allah Ta’ala:
أَفَحَسِبَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ يَتَّخِذُوا عِبَادِي مِنْ
دُونِي أَوْلِيَاءَ إِنَّا أَعْتَدْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ نُزُلًا
“Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa
mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? Sesungguhnya
Kami telah menyediakan neraka Jahanam tempat tinggal bagi orang-orang kafir.”
(QS. Al-Kahfi: 102)
Kelima, meninggalkan Dajjal dan menjauh darinya. Paling utama adalah
tinggal di Makkah dan Madinah, karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengabarkan
bahwa Dajjal tidak akan memasuki dua kota suci tersebut. Maka saat seorang
muslim mengetahui Dajjal telah keluar, ia menjauh darinya. Karena Dajjal
memiliki syubuhat dan kemampuan luar biasa yang Allah biarkan terjadi dengan
kedua tangannya sebagai fitnah bagi manusia. Karena pada saat itu ada seseorang
yang merasa memiliki iman kokoh, saat ia berjumpa dengan Dajjal, dirinya
menjadi pengikut Dajjal.
Imam Abu Dawud dalam Sunannya meriwayatkan hadits dari
Imran bin Husain, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ سَمِعَ بِالدَّجَّالِ فَلْيَنْأَ عَنْهُ، فَوَاللَّهِ إِنَّ
الرَّجُلَ لَيَأْتِيهِ وَهُوَ يَحْسِبُ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ فَيَتَّبِعُهُ، مِمَّا
يُبْعَثُ بِهِ مِنَ الشُّبُهَاتِ
“Barang siapa mendengar ada Dajjal, hendaklah ia
bersembunyi darinya. Karena, Demi Allah, ada seseorang mendatanginya dan ia
mengita bahwa ia benar-benar beriman, lalu ia mengikutinya, karena banyaknya
sybuhat (kesamaran) yang menyertainya.” (HR. Muslim, Ahmad, dan Al-Hakim.
Syaikh Al-Albani menyahihkannya dalam Shahih Sunan Abi Dawud)
Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari kejahatan
fitnah Dajjal.. amiin
Sumber :
https://konsultasisyariah.com/31134-mengapa-dajjal-disebut-ujian-terbesar.html
No comments:
Post a Comment