Media Dakwah, Pendidikan, Teknologi dan kesehatan

cari artikel anda disini

Saturday, February 17, 2018

Banyaknya Aksi Penyerangan Ulama ; PDPM Klaten menyatakan kecamanya







KLATEN – Akhir-akhir ini sering terdengar ditelinga kita  aksi kekerasan terhadap para ulama dan santri serta perusakan rumah ibadah yang terjadi di beberapa daerah belakangan ini mengundang protes dari berbagai ormas. Pimpinan Pemuda Muhammadiyah Daerah (PDPM) Klaten menyatakan kecamannya dan mengutuk keras aksi kekerasan yang terjadi. Mereka juga mendesak kepada aparat kepolisian agar mengusut tuntas para pelaku.



Ketua PDPM Klaten Tugiran Hanafi dalam keterangan  persnya, Rabu (14/2), menyatakan umat Islam saat ini tengah terusik dengan munculnya berbagai aksi kekerasan ditimpakan kepada para ulama. Bahkan, aksi tersebut sudah merambah di Klaten, tepatnya di Kecamatan Gantiwarno.



Dari informasi lapangan yang diterimanya pada hari Selasa (12/2) sekira jam 20.30 di Masjid Nur Hidayah Ngandong telah didatangi seorang laki-laki berusia ±40-an tahun berlagak gila (ngedan) mengaku asal Jawa Barat. "Saat diinterogasi takmir masjid pelaku justru marah lalu pergi dengan sorot mata dendam lalu pergi. Walaupun akhirnya tidak terjadi aksi kekerasan karena kesiapsiagaan warga namun tentunya sudah membahayakan," katanya.



Menurutnya ada kejanggalan mendasar munculnya aksi kekerasan dengan pelaku orang gila. Terminologi orang gila tersebut dinilainya rancu dan mengelabuhi. "Bagaimana mungkin dikatakan gila jika pelakunya berada di tempat kejadian dalam waktu dan momentum yang tepat saat menikam sasaran. Bagaimana mungkin teridentifikasi orang gila jika mereka membabi buta hingga mengakibatkan korban meninggal dunia," ungkapnya.



Tugiran menegaskan PDPM Klaten mengecam  dan mengutuk tindakan kekerasan terhadap para ulama. Pihaknya meminta pihak aparat penegak hukum segera mengusut dan menghentikan kasus kekerasan tersebut sebelum berkembang lebih luas lagi di daerah - daerah. 



Menurutnya kasus kekerasan terhadap para ulama tidak lain sebagai bentuk teror. Begitu pula peristiwa kekerasan yang terjadi gereja di Gamping, Sleman, Yogyakarta. Karena itu dihadapan negara harusnya ada keseriusan yang sama dalam menangani kasus kekerasan. "Kami percaya pihak kepolisian tidak membedakan-bedakan dalam menelusuri kasus kekerasan yang terjadi. Mereka menyadari betul resiko sosial jika kehadiran hukum tidak sesuai harapan," ungkapnya.



Selain itu pihaknya mengajak kepada pemuda Muhammadiyah dan Kokam diseluruh cabang serta seluruh elemen umat Islam untuk tetap waspada terhadap berbagai kemungkinan aksi kekerasan yang sampai saat ini belum ada tanda - tanda akan selesai. "Kita kedepankan perkuat ukhuwah, kita tidak ingin ada pihak pihak tertentu yang membelah dan mengadu umat," tandas dia. (*)

Sumber :

Koran harian Kedaulatan Rakyat edisi Sabtu Pon 17 Februari 2018

web.whatsapp.com/2018/2/18/pcpm se klaten

No comments: